Pubersitas Belajar Bahasa Inggris

TOEFL Online Awalnya saya kira pubersitas hanya tentang fisik saja, tapi melihat gejolak dan fenomena hari ini, pubersitas nyatanya telah masuk dalam sendi-sendi ruang yang lain juga, termasuk dalam dunia pengetahuan bahasa Inggris. Inilah paling tidak yang saya alami selama belajar bahasa Inggris di Kampung Inggris, Pare.

Dulu, di Kampung Inggris Pare, di setiap kelas Speaking selalu saja ada debat yang bertujuan untuk melancarkan berbicara bahasa Inggris. Bukan seperti debat yang ada di ILC (Indonesia Lawyer Club) melainkan debat dengan topik yang umum supaya banyak orang bisa beropini.

Seperti halnya lebih memilih mana antara ganteng tapi miskin atau kaya tapi jelek. Motion-motion dengan model seperti itu banyak sekali dan bisa mendukung para murid aktif berbicara bahasa Inggris.

Saat itu saya sangat menikmati debat demi debat, yang mana saya merasa lumayan membantu untuk aktif berbicara bahasa Inggris, meskipun tidak begitu lancar. Setidaknya, saya memiliki rasa percaya diri untuk lebih aktif lagi berbicara bahasa Inggris.

Dari banyaknya motion dalam debat yang saya ikuti, ada satu motion yang selalu ada di pikiran saya, yaitu lebih dulu mana yang harus dipelajari “Grammar atau Speaking”. Motion tersebut selalu membuat saya ingin mencari tahu lebih dalam lagi, apakah belajar Grammar lebih dulu bisa membuat saya mudah berbicara bahasa Inggris atau belajar Speaking lebih dulu hingga lancar kemudian memperbaiki Grammar?

Bermula dari motion tersebut, saya memutuskan untuk mengajar supaya bisa membuktikan mana yang harus dipelajari lebih dulu. Kelas Grammar adalah kelas pertama saya mengajar, berbagai cara saya kembangkan dan hasilnya kebanyakan dari mereka bingung mengaplikasikan teori Grammar untuk berbicara bahasa Inggris. Karena merasa gagal, saya memberanikan diri untuk mengajar kelas Speaking. Di kelas Speaking, saya hampir dibilang tidak pernah menjelaskan teori Grammar, toh jika menjelaskan, setidaknya hanya tentang susunan kalimat saja.

Seperti mengajar kelas Grammar, saya merasa tidak puas juga meski murid-murid saya lumayan lancar berbicara bahasa Inggris. Mereka berbicara lumayan lancar dan mudah dipahami, tapi bagi saya yang sedikit perfeksionis sebenarnya tidak nyaman mendengarkan mereka berbicara bahasa Inggris tidak menggunakan teori Grammar secara tepat. Benar memang apa yang menjadi keluh kesah teman saya, meski kalimat “Practice makes Perfect” sering dijadikan jargon untuk berlatih Speaking akan tetapi kalau tidak dibarengi dengan teori yang tepat, ujung-ujungnya ya tidak perfect juga.

Tujuan belajar bahasa Inggris

Hampir 6 tahun saya tidak pernah puas mencari cara agar bahasa Inggris mudah dipelajari. GTM (Grammar-Translation Method) dan Direct Method saya gunakan untuk mendapatkan hasil maksimal dan dari berfokus hanya mengaplikasikan teori Grammar, menghafalkan vocabulary, sampai yang penting Speak English tanpa mengaplikasikan teori Grammar. Semua tahapan tersebut belum bisa memuaskan ego untuk menghasilkan cara supaya bahasa Inggris mudah dipelajari.

Memang tujuan awal saya mengajar adalah menjawab rasa penasaran. Akan tetapi ketika mengajar saya sadar bahwa membuktikan mana yang lebih dulu dipelajari itu tidak perlu diperdebatkan lagi karena setiap orang mempunyai cara belajar yang berbeda.

Di suatu momen ketika mengajar saya sangat terpukul, orang-orang yang belajar bahasa Inggris ke Kampung Inggris Pare, mereka hanya membutuhkan skill bahasa Inggris saja untuk mendalami ilmu yang mereka miliki. Sejak saat itu saya menyadari bahwa memiliki skill bahasa Inggris saja ternyata tidak cukup untuk menghadapi tantangan zaman. Kita butuh skill lain juga untuk saling melengkapi atau berkolaborasi. Bahasa Inggris hanya alat, alat untuk mendalami ilmu seperti psychology, sociology, critical thinking, mathematical reasoning, scientific reasoning, economics, management, politics, history, dan masih banyak lagi.

Jadi, bisa berbahasa Inggris itu tidak sekedar untuk Speak English saja, tapi sebagai medium atau salah satu instrumen untuk membuka akses lebih lebar dalam memperoleh pengetahuan, ya alatnya menggunakan bahasa Inggris. Bahkan kalau ingin belajar bahasa lain, semisal bahasa Belanda, lebih mudah belajar kalau bisa bahasa Inggris, konon katanya.

Common Mistake kok nanggung?

Sekarang bukan jamannya lagi lancar-lancaran berbicara bahasa Inggris, percuma kalau lancar, yang dibicarakan hanya hal-hal itu saja dan untuk apa lancar kalau bicara bahasa Inggrisnya sama orang Indonesia saja. Bukan juga fasih-fasihan pronunciation, bagus-bagusan accent mirip native speaker. Gak, gak begitu penting hal semacam itu.

Yang terpenting adalah skill Reading dan Listening. Dari skill tersebut kita bisa mengeksplor banyak hal. Dengan skill tersebut juga kita bisa menjadi ahli dalam bidang masing-masing. Skill Reading dan Listening adalah dasar dari semua hal, tanpa bisa menguasai kedua skill tersebut khazanah keilmuan pun tidak begitu significant untuk berkembang, karena Speaking dan Writing yang apik berawal dari Reading dan Listening yang baik.

Baca Juga: 4 Akibat Buruk untuk Karir Kalau Gak Bisa Bahasa Inggris